Laman

Minggu, 05 Juni 2011

Hidup Yang Biasa-biasa Seumur Hidup?

Aku sempat protes kepada Yang Kuasa di atas, kenapa tidak dianugrahi hidup seperti kata-kata pada salah kaos DAGADU “muda bersenang-senang, tua kaya raya, mati masuk surga”. Namun kenyataannya harus dilahirkan di kota kecil dengan kehidupan yang biasa-biasa saja, telah bekerja lebih dari 15 tahun pun masih biasa-biasa saja karir & penghasilannya. Sepertinya hidup ini ditakdirkan harus mengikuti lirik lagu dangdut ”yang sedang-sedang saja”. Toh aku jadi orang tidak jahat atau tergolong orang baik, selayaknya orang lain lah, taat peraturan dan menjalanan etika dimana saja, sedikit religius dan suka menolong orang. Namun apakah itu cukup sebagai tiket mendapat rezeki banyak? (kaya mendadak-red)

Namun setelah menjalani hidup lebih dari sepertiga abad, aku baru bisa menyimpulkan kenapa hidupku ini sangat biasa-biasa saja. Sekolah biasa, kuliah biasa & kerja juga biasa2 saja. Semua terkait dari cara berpikir kebanyakan orang, bahwa apa yang telah dimiliki, dijalani adalah hal-hal biasa saja, STD (standar). Kalau dibuat kurva normalnya maka aku bisa pastikan berada di tengah-tengahnya 60% yang sedang-sedang, sisanya 20% diatas rata-rata, 20% dibawah rata-rata. Apakah harus menjadi kecewa dan marah memiliki hidup yang biasa-biasa saja? OH my God! Tentu tidak. Dalam hal-hal biasa masih ditemukan hal-hal luar biasa atau istimewa, seperti duduk di atap gedung DPR bersama ribuan orang di masa reformasi, makan restoran di lantai 46 gedung bertingkat Jakarta, tidur di hotel mewah bintang 5 karena pekerjaan. Naik pesawat meskipun masih kelas ekonomi, bisa naik kereta ekspress dan banyak aktivitas lain yang mungkin orang-orang biasa lainnya belum pernah mengalaminya. Aku menganggap semuanya bonus & keajaiban hidupku. Setidaknya untuk membesarkan hati.

Orang kaya atau selebritis yang selalu dianggap hidup dalam dunia ”luar biasa” pun menganggap hari-harinya yang dikelilingi para body guard sebagai hidupnya yang biasa dan terkadang menginginkan yang ”luar biasa”. Sang Budha memilih pergi dari istana mencari kesejatian hidup. Jadi tidak ada kesempurnaan dalam hidup ini. Apakah orang-orang kaya, terkenal, selebritis merasa bahagia dalam hidupnya? Michael Jackson tidak mau menjadi afro amerika & mencari segala upaya memutihkan kulitnya. Beberapa selebritis mati karena over dosis! Apa kau menginginkan menjadi salah satu dari mereka yang luar biasa itu? Semua adalah masalah cara memandang hidup, apakah kau menjadi orang biasa atau luar biasa.

Orang-orang kaya bingung menaruh uang dan kekayaannya di bank paling bonafide dan terpercaya, namun ketika pencuri datang mengambil harta para prioritas banking kita hanya membacanya dan manggut-manggut serta terheran-heran dengan jumlah rekening mereka, seraya berandai-andai memiliki sekian persen dari rekening atau deposito yang dijebol. Kenapa pencuri tidak mengambil uang di bank kita yang nilainya tak seberapa itu? Pernahkah kau pikirkan itu? Para pencuri sangat pintar dan tahu kepada siapa dia harus mengambil harta seseorang, tanpa bermaksud menghakimi para koruptor atau orang yang bekerja dengan tidak halal. Itu bukan tugas manusia biasa-biasa saja. Setidaknya yang biasa-biasa saja merasa lebih tenang karena tidak perlu kawatir hartanya dicuri orang, dan tidak akan dilirik pencuri. Curian sedikit dan besar, sama hukumannya, jadi mereka juga tidak mau ”bekerja” untuk hal yang biasa-biasa saja.

Pernahkah kau bermimpi menjadi seorang Briptu Norman, atau Sinta dan Jojo menjadi selebritis dalam waktu singkat? Bila kau adalah dia, apa yang kau lakukan dengan gelimangnya uang  dan popularitas seperti selebritis? Apa kau siap bila orang-orang menguntitmu kemanapun kau pergi, ingin tahu apa yang kau makan, apa merk baju dan sepatumu. Atau tatkala kau akan mengejar pacarmu atau menduakannya, berbagai infotaiment sudah siap membuka semua kisah cintamu. Atau kau tidak bisa bersama keluargamu akan terdengar seperti proses perkawinan di ujung tanduk. Bahkan ketika kau makan di warung Tegal, lagu yang tersiar adalah kau sudah bangkrut.

Pertanyaanya adalah apa yang akan kau lakukan untuk menghabiskan 10, 20, atau 50 tahun kedepan dengan keadaan yang mungkin tidak berubah banyak (baca: biasa-biasa saja). Jika kau pun mengisinya dengan kegiatan yang biasa-biasa saja, maka akan membuat hidup sangat menjemukan dan terjebak dalam rutinitas. Setiap orang memiliki 24 jam yang sama namun belum tentu memiliki jumlah hari yang sama. Jadi pergunakanlah semua waktu yang kau miliki untuk berbuat ”hal luar biasa” dalam hidup yang nampaknya seperti biasa-biasa saja ini.

Yang perlu dimiliki orang biasa-biasa adalah kebijaksanaan dalam membelanjakan uang, memelihara hidup yang sehat, bergaul dengan banyak orang, melakukan hobimu dan terutama menjaga anak-anak dan keluargamu agar mereka bisa makan, sekolah dan hidup yang layak, meskipun bukan hidup yang mewah. Percayalah kau akan merasa senang dan bahagia dengan segala yang melekat padamu. Memang uang adalah alat pembayaran sah, yang bisa memberikan apa saja yang kau inginkan, namun tidak bisa membeli kebahagiaan. Belilah barang atau jasa sesuai dengan kemampuanmu, jangan melebihinya agar hatimu tetap tenang.

Dimana kau taruh hatimu, disitulah hidupmu akan dapat kaumiliki. Hati melekat tak jauh dari sekepal tangan dengan jantungmu dan biarkan diisi dengan hal-hal baik, abadi & menyenangkan untuk orang lain. Pada waktu kau kehilangan hal diluar dirimu, rasa sakit itu tak akan membuatmu jatuh terhempas, tetapi kau tetap berdiri di tempat dan merelakan segala sesuatu yang tidak abadi itu pergi. Orang sebenarnya saling memandang dan menilai orang lain dengan pola berpikir yang dibawanya. Janganlah kau taruh dirimu pada penilaian orang, yakinlah dengan nilai-nilai yang kau miliki.

Akhirnya aku menyadari dan mengerti setelah perjalanan waktu hidup yang cukup panjang ini, bahwa aku bisa melihat berbagai jenis & golongan orang dengan berbagai sifat dasar manusia. Mau jadi apapun kaulah yang menentukan hidupmu. Meskipun kau hanya hidup pas-pasan dan biasa-biasa saja, namun kau tetap dapat menikmati dan memaknai hidup. Itulah yang terpenting dari semuanya.

Jakarta, 28 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar